Senin, 30 April 2012

Cara Memilih Konsep Warna, Bentuk Dan Typografi Pada Web Design


Kesan pertama dari seorang pengunjung situs dimulai dari  9 detik pertama. Jadi bagaimana caranya, dengan perhitungan waktu download, seorang designer dapat menarik perhatian dari pengunjung itu? Jawabannya adalah Design yang “Pantas“.
“Pantas” yang saya maksud adalah sebagai berikut :
•    Koordinasi warna yang baik
•    tata letak ( lay-out ) yang bagus,
•    dan yang paling penting, download yang cepat.
Dari melihat keterangan diatas, kita akan membahas bagaiman cara yang paling baik untuk menarik perhatian seorang pengunjung adalah dengan penggunaan:
•    warna sebagai medium penerangan untuk situs dan informasi maupun produk yang dimilikinya.
•    Bentuk, sesuatu hal yang sering dilupakan, adalah juga sebuah element design yang cukup kuat untuk membentuk sebuah citra, dan mengekspresikan sebuah informasi.
•    Typografi  (seni pengunaan jenis huruf) pada saat ini memiliki implementasi terbatas dalam design web, tetapi adalah elemen yang sangat penting dalam komunikasi dengan para pengunjung.
1. Warna
Pemilihan Warna adalah satu hal yang sangat penting dalam menentukan respon dari pengunjung. Warna adalah hal yang pertama dilihat oleh seorang pengunjung (terutama warna background), dan Anda bisa membuat situs anda untuk menampilkan warna dulu sementara content yang lain (text dan image) masih dalam proses download. Cara ini akan membuat kesan atau mood untuk seluruh situs itu.

Untuk mencapai design warna yang efektif, bisa dimulai dengan memilih warna yang bisa merepresentasikan tujuan dari situs Anda. Pallet warna yang anda buat sebaiknya cocok dengan pribadi dan tujuan dari situs Anda. Jika misalnya situs Anda adalah untuk situs komunitas, maka sebaiknya Anda memilih warna warna hangat untuk membuat suasana lebih santai. Jika situs Anda adalah untuk situs Informasi, dimana content akan mendominasi, maka warna sebaiknya simple dan tidak mengganggu (misalnya jangan menggunakan background kembang2 dengan warna menyolok).
2.Bentuk
Bentuk juga dapat digunakan untuk menarik respon dari pengunjung. Penggunaan Bentuk yang efektif akan secara psikologi memotivasi pengunjung, menginspirasi pengunjung dan memberikan tantangan kepada pengunjung, kadang tanpa si pengunjung menyadari kenapa termotivasi,dsb

Bentuk, biasanya digabungkan untuk membuat kesan yang lebih kuat. Misalnya penggunaan sebuah Lingkaran dan sebuah Seg iTiga, akan menghasilkan kesan nergetic, dan dinamik. Atau penggunakan sebuah Lingkaran dan sebuah Persegi untuk kehangatan dan perasaan aman.
Kekuatan dari Bentuk dan kombinasi Bentuk telah ditujukan di berbagai bidang, seperti Automotif, Bangungan, Kemasan Produk, dan Logo Perusahaan
3.Typografi
Typografi adalah sebuah seni. Dan adalah sebuah seni yang cukup rumit, apalagi kerumitannya ditambah dengan medium design web yang terbatas. Huruf di Web dapat dibuat sebagai bagian dari grafik (image), atau dengan cara HTML, atau dengan Style Sheets.
Dengan cara HTML dan StyleSheet, kadang akan didapakan hasil yang kurang memuaskan atau kurang bagus karena TypeFace (Bentuk Huruf) yang kita gunakan, mungkin tidak akan tersedia di komputer si pengunjung. Jika komputer si pengunjung tidak mempunya Bentuk Huruf yang telah di-set oleh designer web, maka yang akan digunakan adalah tampilan menggunakan Bentuk Huruf alternatif atau Bentuk Huruf standard (default).

Designer dapat menentukan pilihan tentang huruf yang mereka buat secara Grafik (image), dan juga TypeFace umum yang dipakai pada isi text. Begitu banyak bentuk huruf, sampai susah untuk mengatakan berapa banyak bentuk huruf yang ada di dunia ini.
Sehingga agak susah untuk menentukan efek/pengaruh apa yang bisa ditimbulkan kepada pengunjung. Akan tetapi, huruf dibagi dalam beberapa kategori umum, dan biasanya kategori umum ini memiliki gaya tersendiri.
Biasanya, designer akan menggunakan beberapa macam style hurup dalam sebuah halaman. Judul dan Point Penting biasanya menggunakan jenis Decoratif dan Scrip, dan isi text hampir selalu harus menggunakan jenis Serif atau San-Serif (atau kadang menggunakan Monospace).
Untuk mempengaruhi pengunjung secara psikologi, bisa dengan penggunaan Jenis Huruf yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dengan penggunaan Warna dan Bentuk.
Sumber http://www.otakkacau.net

Senin, 23 April 2012

Pendekatan Pembelajaran

1.    Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pada kegiatan belajar mengajar di kelas adakalanya guru memberikan bahan kepada siswa untuk di kerjakan secara individu di kelas. Siswa mengerjakan tugas-tugas secara individu sesuai dengan petunjuk yang ada dalam bahan ajar. Guru bertugas mengontrol masing-masing siswa dan memberikan bimbingan kepada siswa yang membutuhkan. Dalam kesempatan lain guru membentuk kelompok-kelompok siswa yang bertugas mendiskusikan materi dan tugas tertentu yang kemudian harus disampaikan di depan kelas.
 Guru menyediakan bahan yang diperlukan oleh masing-masing kelompok dan memberikan bimbingan yang dibutuhkan. Sering pula guru menyampaikan materi pelajaran dengan cara menjelaskan di depan kelas, sementara murid mendengarkan dan mencatat bagian-bagian yang penting. Kemudian murid diberi kesempatan untuk menanyakan bagian mana yang belum jelas, dan pada bagian akhir murid diberi tugas tertentu sesuai dengan materi yang telah dibahas.
Ketiga bentuk perlakuan guru diatas menggambarkan cara yang dilakukan oleh guru dalam upaya membelajarkan siswa. Ketiga pendekatan tersebut mempunyai tujuan, prinsip, dan tekanan yang berbeda. Dengam demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan atau strategi pembelajaran merupakan penterjemah filsafat atau teori mengajar menjadi rumusan tentang cara mengajar yang harus ditempuh dalam situasi-situasi khusus atau dalam keadaan tertentu yang spesifik.

a.    Pendekatan ditinjau dari segi Pengolahan Pesan
Ada dua cara pandangan yang berbeda mengenai pendekatan dalam proses belajar mengajar yaitu belajar penerimaan dan belajar penemuan.
•    Belajar Penerimaan
Pendekatan proses pembelajaran penerimaan dikembangkan menjadi strategi ekspositif, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Penyajian informasi yang diberikan dalam bentuk penjelasan simbolik atau demonstrasi praktis.
b.    Tes terhadap resepsi, ungkapan, dan pemahaman
c.    Menyediakan kesempatan untuk menerapkan prinsip umum sebagai latihan dengan suatu contoh tertentu .
d.    Menyediakan kesempatan untuk penerapan kedalam situasi nyata sesuai dengan informasi yang baru di pelajari.
•    Belajar Penemuan
Pendekatan proses belajar penemuan dikembangkan menjadi metode discoveri  dan inkuiri. Metode diskoveri dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.    Menyajikan kesempatan untuk bertindak atau berbuat dan mengamati konsekuensi-konsekuensi tindakan tersebut.
b.    Tes terhadap pemahaman tentang hubungan sebab akibat.
c.    Penyajian kesempatan-kesempatan guna penerapan hal yang baru saja dipelajari ke dalam situasi yang nyata.
Sementara itu langkah –langkah dalam metode inkuiry adalah :
a.    Identifikasi kebutuhan siswa
b.    Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian dan generalisasi yang akan dipelajari.
c.    Guru membantu memperjelas tugas atau problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa
d.    Seleksi bahan dan problema atau tugas-tugas
e.    Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan
f.    Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan
g.    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan
h.    Membantu siswa dengan informasi  atau data jika perlu
i.    Guru memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang meengarah dan mengidentifikasi proses.
j.    Merangsang terjadinya interaksi antar siswa.
k.    Memotivasi siswa yang giat dalam proses penerimaan
l.    Membantu siswa dalam menemukan prinnsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuan.
b.    Pendekatan Ditinjau dari Pengorganisasian Siswa
1.    Pembelajaran secara individual
     Pembelajaran secara individual adalah kegiatan belajar mengajar yang menitikberatkan  bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masin individu. Ciri-cirinya dapat dilihat dari :
-    Pencapaian tujuan pengajaran
Pencapaian tujuan pembelajaran disini tergantung kepada kemampuan individual siswa
-    Peranan siswa dan guru
Dalam pembelajaran individual siswa merupakan titik sentral dalam pelayanan pembelajaran, sedangkan peranan guru disini adalah memfasilitasi siswa dalam beberapa hal antara lain membantu merencanakan kegiatan belajar, mengorganisasikan kegiatan belajar, memberikan fasilitas dan mempermudah cara belajar.
-    Progaram pembelajaran
Program yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat digunakan secara mandiri dengan bantuan yang sangat minim dari guru. Bentuknya antara lain berupa modul, paket belajar, pengajaran berprogram, dan pengajaran berbantuan komputer.
        Progam pembelajaran individual berorientasi pada pemberian fasilitas pada setiap siswa agar siswa dapat belajar secara mandiri. Kemandirian dalam belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan individu.
2.    Pembelajaran secara berkelompok
       Dalam kegiatan belajar mengajar dikelas ada kalanya guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota antara 4-8 orang siswa. Dalam pembelajaran berkelompok guru dapat memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada setiap kelompok. Dalam pembelajaran berkelompok hubungan guru dengan siswa lebih akrab, kelompok memperoleh bantuan sesuai dengan kebutuhan. Ciri-ciri yang nampak dari pembelajaran berkelompok ini dapat dilihat dari beberapa aspek :
-    Pencapaian tujuan pengajaran
Pencapaian tujuan pengajaran pada pembelajaran berkelompok dapat di proses melalui proses kerja kelompok. Pembagian kerja untuk masing-masing anggota memupuk rasa tanggung jawab dari siswa. Siswa dilatih agar mampu memecahkan masalah secara rasional dalam kelompok yang dinamis.
-    Perana guru dan siswa
Dalam pembelajaran berkelompok siswa adalah anggota kelompok belajar yang solid dan kompak dalam memecahkan masalah kelompok. Cirinya yang menonjol adalah adanya kesadaran bersam dalam mewujudkan tujuan kelompok, adanya rasa saling tergantung dan saling membutuhkan. Peranan guru dalam pembelajaran berkelompok yang utama sekali adalah memberikan perhatian kepada semangat kerja kelompok dalam memecahkan masalah kelompok. Oleh karena itu guru perlu memperhatikan tentang bagaimana menbentuk kelompok, perencanaan tugas, mengawasi, dan mengevaluasi hasil kerja kelompok.

3.    Pembelajaran secara Klasikal
   Pengajaran klasikal merupakan pengajaran yang paling praktis dimana seorang guru menghadapi siswa yang jumlahnya mencapai empat puluhan. Walaupun demikian, pengajaran klasikal menuntut kemampuan guru sekaligus dalam dua hal, yaitu mengelola kelas dan mengelola pembelajaran.
Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar yang baik. Dalam hal ini, mencakup kondisi fisik kelas dan kondisi emosional siswa yang akan belajar. Pengelolaan kelas yang baik oleh guru dapat mengatasi gangguan yang muncul dalam proses belajar dengan menggunakan teknik-teknik tertentu.
Pengelolaan pembelajaran bertujuan untuk mencapai tujuan belajar. Tekanan utama dalam pembelajaran klasikal adalah seluruh anggota kelas. Oleh sebab itu, guru perlu menyusun disain instruksional yang lengkap, sehingga pelajaran dapat berjalan dengan lancar. Sebelum penyajian pembelajaran, guru sudah menetapkan tugas yang harus dilakukan oleh siswa.
Dengan demikian, siswa memahami apa yang harus dilakukan dan bagian mana yang mendapat penekanan untuk dicatat dan dipahami. Disamping itu guru perlu menciptakan suasana tertib sehingga perhatian siswa dapat terfokus kepada materi pelajaran yang diberikan dan siswa akan terlibat aktif.


c.    Pendekatan ditinjau dari segi format belajar
1.    Pembelajaran tatap muka
Proses pembelajaran dimanaguru dan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran yang berlangsung. Pada proses tersebut terjadi interaksi antara siswa dan guru dalam mempelajari materi tertentu. Permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran dapat langsung dibicarakan dengan guru.
2.    Pembelajaran non-tatap muka
       Disebut juga dengan belajar mandiri. Dalam kegiatan ini siswa menggunakan bahan belajar yang di disain secara khusus. Bahan tersebut dipelajarinya tanpa tergantung akan kehadiran guru. Jenis bahan-bahan belajar itu dapat berupa salah satu dari program media, seperti modul, film, kaset, audio, slide, komputer dan lain-lain

d.    Posisi guru dan siswa dalam pengelolaan pesan
     Dalam kegiatan belajar mengajar guru berusaha agar pesan atau materi pelajaran yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan dapat dikuasai oleh siswa dengan baik. Cara yang ditempuh hendaknya dititikberatkan kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa sehingga siswa memperoleh pengalaman langsung dalam kegiatan pembelajaran. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar sementara guru adalah sebagai fasilitator dan motivator.

Minggu, 22 April 2012

Pengelolaan Perpustakaan

PEMBAHASAN
  1. SEJARAH PERPUSTAKAAN
A.    Pengertian Perpustakaan

Definisi dari Berbagai Sumber:
1.    perpustakaan adalah kumpulan materi tercetak dan media noncetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk digunakan pemakai. (International Federation of Library Association and Institutions)
2.    Perpustakaan: 1) tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk pemeliharaan dan pendayagunaan koleksi buku, dsb. 2) koleksi buku, majalah dan bahan kepustakaan lainnya yang disimpan untuk dibaca, dipelajari, dibicarakan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2002)
3.    Harold's Librarians' Glossary edisi ke 8, 1995 memberikan beberapa arti: 1) koleksi buku atau materi lain yang disimpan untuk bacaan, pembelajaran, dan konsultasi; 2) tempat, bangunan, ruang yang dikhususkan bagi koleksi buku dsb.; 3) sejumlah buku yang diterbitkan oleh penerbit dengan judul yang komprehensif dan biasanya memiliki karakter khusus seperti subyek, cara penjilidan, atau tipografi; 4) Koleksi film, foto dan media non-buku lain termasuk pita, cakram, pita atau cakram komputer, dan program; 5) (penggunaan khusus dalam pemrograman komputer) koleksi program atau perintah yang dipakai secara rutin dalam proses komputasi.
4.    Perpustakaan adalah Institusi / lembaga pengelola koleksi karya tulis, cetak dan atau rekam sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diatur dan ditata menurut sistem yang baku dan didayagunakan untuk keperluan pendidikan, penelitian, informasi, dan rekreasi bagi masyarakat. (Dr. Sukarman)
5.    Perpustakaan diartikan sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu yang digunakan pembaca bukan untuk dijual ( Sulistyo, Basuki ; 1991 ).
6.    Perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis dan dapat digunakan oleh pemakainya sebagai sumber informasi. ( Sugiyanto )
7.    Perpustakaan adalah fasilitas atau tempat menyediakan sarana bahan bacaan. Tujuan dari perpustakaan sendiri, khususnya perpustakaan perguruan tinggi adalah memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Wiranto dkk,1997).

KESIMPULAN:
a.    Perpustakaan adalah suatu institusi unit kerja yang menyimpan koleksi bahan pustaka secara sistematis dan mengelolanya dengan cara khusus sebagai sumber informasi dan dapat digunakan oleh pemakainya.
b.    Perpustakaan adalah suatu lembaga yang menyimpan dan mengelola koleksi bahan pustaka dengan cara khusus atau tertentu untuk tujuan memudahkan bagi para pencari informasi untuk mencari informasi. 

B.    Jenis-jenis Perpustakaan
Pada dasarnya, perpustakaan terbagi atas 5 jenis umum, yaitu : perpustakaan umum, khusus, sekolah, perguruan tinggi dan nasional. Dari kelima jenis perpustakaan tersebut, masing-masing memiliki fungsi dan tujuannya tersendiri. Dan untuk memahami hal tersebut, ada baiknya kita mengetahui definisi dari masing-masing perpustakaan tersebut terlebih dahulu.
1)    Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang bertugas mengumpulkan, menyimpan, mengatur dan menyajikan bahan pustakanya untuk masyarakat umum. Perpustakaan umum diselenggarakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa memandang latar belakang pendidikan, agama, adat istiadat, umur, jenis dan lain sebagainya, maka koleksi perpustakaan Umum pun terdiri dari beraneka ragam bidang dan pokok masalah sesuai dengan kebutuhan informasi dari pemakainya.

2)    Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus adalah salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk oleh lembaga (pemerintah/swasta) atau perusahaan atau asosiasi yang menangani atau mempunyai misi bidang tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan pustaka/informasi di lingkungannya dalam rangka mendukung pengembangan dan peningkatan lembaga maupun kemampuan sumber daya manusia.

3)    Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan, dengan tujuan utama untuk membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah dan tujuan pendidikan pada umumnya.

4)    Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi ialah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannnya.

5)    Perpustakaan Nasional
Hingga sekarang, belum ada kesepakatan bersama mengenai apa itu definisi perpustakaan nasional, hanya saja ada kesepakatan mengenai fungsinya, yaitu:
a.    Menyimpan setiap pustaka yang diterbitkan di sebuah negara.
b.    Mengumpulkan atau memilih bahan pustaka terbitan lain mengenai negara yang bersangkutan.
c.    Menyusun bibliografi nasional artinya daftar buku yang diterbitkan di sebuah negara.
d.    Menjadi pusat informasi negara yang bersangkutan.
e.    Pusat antar pinjam perpustakaan di negara yang bersangkutan serta antara negara yang bersangkutan dengan negara lain.
Selain kelima jenis perpustakaan tersebut, terdapat lagi dua jenis perpustakaan yang sedang booming pada saat ini, yaitu perpustakaan digital dan hibrida.
a.    Perpustakaan Digital
Perpustakaan digital adalah perpustakaan dimana seluruh koleksinya sudah berbentuk digital. sementara menurut Digital Library Federation di Amerika Serikat memberikan definisi perpustakaan digital sebagai organisasi-organisasi yang menyediakan sumber-sumber, termasuk staff dengan keahlian khusus, untuk menyeleksi, menyusun, menginterpretasi, memberikan akses intelektual, mendistribusikan, melestarikan, dan menjamin keberadaan koleksi karya-karya digital sepanjang waktu sehingga koleksi tersebut dapat digunakan oleh komunitas masyarakat tertentu atau masyarakat terpilih, secara ekonomis dan mudah.
Berdasarkan International Conference of Digital Library 2004,konsep Perpustakaan digital adalah sebagai perpustakaan elektronik yang informasinya didapat, disimpan, dan diperoleh kembali melalui format digital. Perpustakaan digital merupakan kelompok workstations yang saling berkaitan dan terhubung dengan jaringan (networks) berkecepatan tinggi. Perpustakaan digital ini banyak dikembangkan oleh perpustakaan-perpustakaan Universitas di Amerika Serikat.
b.    Perpustakaan Hibrida
Perpustakaan hibrida adalah perpustakaan dimana koleksinya terdiri dari koleksi cetak dan juga koleksi elektronik. Sementara teknologi yang digunakan sebagai pendukung dalam aktivitas perpustakaan seperti temu kembali informasi. Proyek perpustakaan hibrida ini terutama banyak dikembangkan oleh perpustakaan-perpustakaan universitas di Inggris. Perbedaan yang mendasar antara perpustakaan digital dan perpustakaan hibrida adalah tentunya jenis koleksinya, dimana perpustakaan digital seluruh koleksinya berbentuk digital sementara koleksi untuk perpustakaan hibrida ada 2 jenis yaitu cetak dan elektronik. Selain itu, perpustakaan digital tidak memerlukan sebuah bangunan (gedung) untuk koleksinya, karena user hanya tidak mengakses saja lewat internet, sementara perpustakaan hibrida masih memerlukan sebuah gedung untuk menempatkan koleksinya. Tentunya perpustakaan hibrida ini membutuhkan pustakawan atau ahli informasi untuk membantu para penggunanya sementara perpustakaan digital tidak membutuhkan pustakawan karena memang sifatnya yang seperti itu.
c.    Perpustakaan keliling
Perpustakaan keliling. Sesuai namanya perpustakaan ini selalu berkeliling dari satu lokasi kelokasi lainnya. Perpustakaan ini berupa sebuah mobil minibus yang dirancang untuk sebuah perpustakaan mini. Penataan koleksi buku-buku yang ada di perpustakaan keliling ini biasanya disusun di sebuah rak yang mengelilingi sisi bus. Perpustakaan keliling ini termasuk sebuah hal yang baru didalam dunia perpustakaan, kenapa? Karena perpustakaan ini merupakan sebuah gagasan baru yang bertujuan untuk memudahkan pengguna jasa perpustakaan dalam mendapatkan layanan perpustakaan. Dengan adanya perpustakaan keliling ini, pengguna jasa perpustakaan yang berada sangat jauh dari gedung perpustakaan akan dapat juga dengan mudah untuk membaca karena perpustakaan keliling ini bersifat menemui pengguna, bukan pengguna yang datang ke pustaka.
C.    Fungsi perpustakaan
Pada umumnya perpustakaan memiliki fungsi yaitu :
1.    Fungsi penyimpanan, bertugas menyimpan koleksi (informasi) karena tidak mungkin semua koleksi dapat dijangkau oleh perpustakaan.
2.    Fungsi informasi, perpustakaan berfungsi menyediakan berbagai informasi untuk masyarakat.
3.    Fungsi pendidikan, perpustakaan menjadi tempat dan menyediakan sarana untuk belajar baik dilingkungan formal maupun non formal.
4.    Fungsi rekreasi, masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan membaca dan mengakses berbagai sumber informasi hiburan seperti : Novel, cerita rakyat, puisi, dan sebagainya.
5.    Fungsi kultural, Perpustakaan berfungsi untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya masyarakat melalui berbagai aktifitas, seperti : pameran, pertunjukkan, bedah buku, mendongeng, seminar, dan sebagainya.
•    Hal-hal yang Menghambat Fungsi Perpustakaan Sekolah
Perjalanan perpustakaan sekolah tidaklah semulus yang diharapkan. Ada beberapa hal yang sering menghambat fungsi perpustakaan sekolah.
1.    Terbatasnya ruang perpustakaan di samping letaknya yang kurang strategis. Banyak perpustakaan yang hanya menempati ruang sempit, dengan tanpa memperhatikan kesehatan dan kenyamanan. Kesadaran dari pihak sekolah sebagai penyelenggara sangatlah kurang. Perpustakaan hanyalah untuk menyimpan koleksi bahan pustaka saja. Pengunjung tidak merasa nyaman membaca buku di perpustakaan, sehingga perpustakaan dipandang sebagai tempat yang kurang bermanfaat. Dengan melihat keadaan di atas sepertinya pihak sekolah kurang menyadari tentang pentingnya perpustakaan. Keberadaan perpustakaan hanyalah untuk pelengkap saja.
2.    Keterbatasan bahan pustaka, baik dalam hal jumlah, variasi maupun kualitasnya. Keberadaan bahan-bahan pustaka yang bermutu dan bervariasi sangatlah penting. Dengan banyaknya variasi bahan pustaka, anak akan semakin senang berada di perpustakaan, kegemaran membaca dapat tumbuh dengan subur sehingga kemampuan bahasa siswa dapat berkembang baik dan dapat membantu anak dalam memahami pelajaran-pelajaran lainnya. Mengingat kemampuan bahasa merupakan kemampuan dasar yang sangat berpengaruh dalam belajar. Begitu juga jika bahan pustakanya bermutu, maka anak akan banyak memperoleh pengetahuan yang berguna dalam hidupnya. Namun, untuk mengadakan bahan pustaka yang banyak dan bervariasi dibutuhkan dana yang sangat besar, mengingat harga bahan pustaka biasanya mahal, lebih-lebih jika bahan pustaka tersebut bermutu. Namun, dari pihak sekolah sendiri sering kurang berusaha untuk menambah koleksi bahan pustaka, dengan alasan utama adalah mahalnya harga bahan pustaka. Padahal, anggaran untuk belanja bahan pustaka setiap tahunnya selalu ada, namun jumlah bahan pustaka tidak pernah bertambah.
3.    Terbatasnya jumlah petugas perpustakaan (pustakawan). Banyak perpustakaan sekolah yang tidak ada petugasnya, atau hanya tugas sambilan. Maksudnya, mereka bukan petugas yang hanya mengurus perpustakaan saja, sehingga sering tugas di perpustakaan jadi dikesampingkan dan perpustakaan dianggap kurang bermanfaat. Lebih-lebih bertugas di perpustakaan adalah pekerjaan yang sangat menjenuhkan, baik dalam hal pelayanan pengunjung maupun perawatan bahan pustaka yang ada, sehingga dibutuhkan suatu kesabaran yang tinggi.
4.    Kurangnya promosi penggunaan perpustakaan menyebabkan tidak banyak siswa yang mau memanfaatkan jasa layanan perpustakaan. Anak kurang tahu tentang kegunaan perpustakaan, begitu juga dengan bahan pustakanya. Dia membutuhkan dorongan dan ajakan untuk berkunjung ke perpustakaan

D.    Macam-Macam perpustakaan
a)    Perpustakaan online
Perpustakaan online adalah Perustakaan yang berada didunia maya atau cyber dan tidak membentuk buku tetapi hantar data atu tulisan yag diambil dari sebuah buku karya seseorang. Perpustakaan online memang murah dan tidak susah cape-capek membeli buku yang kita inginkan ke toko buku Tetapi  hanya dengan membuka internet saja. Perpustakaan onlin mempunyai kelemahan yaitu kita suah mencari buku yang kita inginkan dalam dunia internet dan kita harus mencari diantar bebrapa halaman untuk mencari daftar situs buku yang kikta cari.
b)    Perpustakaan berjalan
Perpustakaan  jarang sekali kita temukan karena perpustakaan ini memang jarang ada di indonesia dan hanya sedikit sekali yag ada di indonesia.
c)    Perpustakaan ruang
Jenis perpustakaan inni adalah jenis perpustakaan yag ada di indonesia. Perpustakaan ini ada di sebuah ruangan yang bukunya diatur dalam rak buku yang sudah tersedia.
E.    Tujuan perpustakaan
1.    Tujuan Umum.
Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah di harapkan dapat membantu murid-murid dan guru menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu segala bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan sekolah harus dapat menunjang proses belajar mengajar, agar dapat menunjang proses belajar mengajar maka dalam pengadaan buku pustaka hendaknya mempertimbangkan kurikulum sekolah. Selera para pembaca yang dalam hal ini adalah murid-murid.
2.    Tujuan Khusus.
    Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca
khususnya serta mendayagunakan budaya tulisan dalam sektor
kehidupan.
    Mengembangkan minat untuk mencari dan mengelolah serta
memanfaatkan informasi.
    Mendidik murid agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan
bacaan secara tepat dan berhasil guna.
    Meletakkan dasar-dasar kearah belajar mandiri.
    Memupuk minat dan bakat.
    Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalahmasalah
yang dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan
usaha sendiri.
Dengan demikian jelas bahwa tujuan diselenggarakan perpustakan bukan sekedar menyimpan dan mengumpulkan bahan pustaka akan tetapi perpustakaan diharapkan bagi siswa mampu mengembangkan daya pikirnya dan hasil membaca yang diperoleh dari bahan pustaka yang ada diperpustakaan.
I.    Sejarah Perpustakaan
1.    Sejarah perpustakaan di Indonesia
Sejarah Perpusnas bermula dengan didirikannya Bataviaasch Genootschap pada 24 April 1778. Lembaga ini adalah pelopor Perpusnas dan baru dibubarkan pada tahun 1950.

Perpustakaan Nasional RI di Jalan Salemba 27. Jakarta Pusat. Gedung utama.
Awalnya, Perpustakaan Nasional RI merupakan salah satu perwujudan dari penerapan dan pengembangan sistem nasional perpustakaan, secara menyeluruh dan terpadu, sejak dicanangkan pendiriannya tanggal 17 Mei 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef. Ketika itu kedudukannya masih berada dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan setingkat eselon II di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, dan badan ini merupakan hasil integrasi dari empat perpustakaan besar di Jakarta.
Keempat perpustakaan tersebut, yang kesemuanya merupakan badan bawahan DitJen Kebudayaan, adalah:
•    Perpustakaan Museum Nasional;
•    Perpustakaan sejarah, politik dan sosial (SPS);
•    Perpustakaan wilayah DKI Jakarta;
•    Bidang Bibliografi dan Deposit, Pusat Pembinaan Perpustakaan;
•    Walau secara resmi Perpustakaan Nasional berdiri di pertengahan 1980, namun integrasi keseluruhan secara fisik baru dapat dilakukan pada Januari 1981. Sampai tahun 1987 Perpusnas masih berlokasi di tiga tempat terpisah, yaitu di Jl. Merdeka Barat 12 (Museum Nasional), Jl. Merdeka Selatan 11 (Perpustakaan SPS) dan Jl. Imam Bonjol 1 (Museum Naskah Proklamasi). Sebagai kepala Perpustakaan Nasional adalah ibu Mastini Hardjoprakoso, MLS, mantan kepala Perpustakaan Museum Nasional.
•    Atas prakarsa Almarhumah Ibu Tien Suharto, melalui Yayasan Harapan Kita yang dipimpinnya, Perpustakaan Nasional memperoleh sumbangan tanah seluas 16,000 m² lebih berikut gedung baru berlantai sembilan dan sebuah bangunan yang direnovasi. Lahan yang terletak di Jl. Salemba Raya 28A, Jakarta Pusat, merupakan lokasi Koning Willem III School (Kawedri), yakni sekolah HBS pertama di Indonesia ketika zaman kolonial. Bangunan sekolah inilah yang kemudian setelah direnovasi menjadi gedung utama yang digunakan untuk kantor pimpinan dan sekretariat. Gedung di sebelahnya yang berlantai sembilan berfungsi sebagai perpustakaan yang sebenarnya, di mana koleksi bahan pustaka tersimpan dan dilayankan untuk umum.
•    Dengan selesainya pengerjaan sebagian gedung baru maupun yang direnovasi di Jl. Salemba Raya 28A pada awal 1987, pimpinan dan staf dari tiga bidang (kecuali Bidang Koleksi) pindah ke lokasi tersebut. Gedung baru itu beserta segala perlengkapannya menyatukan semua kegiatan di bawah satu atap yang sebelumnya terpencar di beberapa tempat di Jakarta. Pada usia Perpusnas yang ke-9, secara resmi kompleks itu dibuka yang ditandai dengan penandatanganan sebuah prasasti marmer oleh Presiden dan Ibu Tien Suharto pada tanggal 11 Maret 1989.
•    Namun, sejalan dengan peresmian kompleks tersebut, sebetulnya ada peristiwa lain yang tidak kalah pentingnya. Sejarah mencatat bahwa lima hari sebelumnya, tepatnya tanggal 6 Maret 1989, telah ditandatangani sebuah keputusan monumental oleh Presiden RI melalui keputusan presiden Nomor 11 Tahun 1989 ini menetapkan Perpustakaan Nasional, setelah digabung dengan Pusat Pembinaan Perpustakaan (pimpinan Drs. Soekarman, MLS) , menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Kenaikan status kelembagaan ini juga berarti Perpusnas dilepas dari jurisdiksi Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Departemen Pendidikan Nasional), badan induknya yang telah membesarkannya sejak 1980. Ibu Mastini Hardjoprakoso masih dipercaya oleh Pemerintah untuk memimpin lembaga baru ini. Kenyataan ini sekaligus membuktikan komitmen Pemerintah di dalam menaikkan derajat perpustakaan (dan pustakawan) yang selama itu dirasakan selalu "dilupakan". Menurut catatan ketika penggabungan, jumlah koleksi berkisar di angka 600 ribu eksemplar, ditangani oleh sekitar 500 orang karyawan yang berlokasi di dua tempat terpisah, Jl. Salemba Raya 28A dan Jl. Merdeka Selatan 11. Saat ini (Desember 1999) jumlah koleksi diperkirakan 1,100,00 eks, dan jumlah karyawan 700 orang.
•    Dengan semakin bertambahnya beban tugas dan sejalan dengan kiat Perpusnas dalam menerapkan layanan prima kepada masyarakat, maka diterbitkanlah Keputusan PresidenNomor 50 Tahun 1997 tertanggal 29 Desember 1997. Keppres ini menyempurnakan susunan organisasi, tugas dan fungsi Perpustakaan Nasional guna mengantisipasi era globalisasi informasi yang sudah kian mendekat. Di antara penyempurnaan tersebut adalah menciptakan jabatan deputi setingkat eselon IB dan menaikkan status Perpustakaan Nasional Provinsi (d.h. Perpustakaan Daerah) menjadi eselon II. Melanjutkan kepemimpinan sebelumnya, Hernandono, MA, MLS, menjadi kepala Perpusnas sejak Oktober 1998.
•    Perpustakaan Nasional RI kini menjadi perpustakaan yang berskala nasional dalam arti yang sesungguhnya, yaitu sebuah lembaga yang tidak hanya melayani anggota suatu perkumpulan ilmu pengetahuan tertentu, tapi juga melayani anggota masyarakat dari semua lapisan dan golongan. Walau terbuka untuk umum, koleksinya bersifat tertutup dan tidak dipinjamkan untuk dibawa pulang. Layanan itu tidak terbatas hanya pada layanan untuk upaya pengembangan ilmu pengetahuan saja, melainkan pula dalam memenuhi kebutuhan bahan pustaka, khususnya bidang ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan, guna mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pada zaman Hindia Belanda sebenarnya tidak ada perpustakaan umum yang didanai oleh anggaran pemerintah. Perpustakaan umum justru didirikan oleh pihak swasta. Perpustakaan umum yang didirikan oleh swasta disebut openbare leeszalen, artinya ruang baca terbuka atau ruang baca (untuk) umum. Adapun lembaga yang mendirikan openbare leeszalen adalah Gereja Katolik, Loge der Vrijmetselaren, Theosofische Vereeniging dan Maatschappij tot Nut van het Algemeen.
Pemerintah Hindia Belanda tidak pernah mendirikan universitas dalam arti sesungguhnya. Yang mereka dirikan ialah semacam sekolah tinggi. Justru yang pertama kali berdiri ialah Technische Hoogeschool yang didirikan pada tahun 1918 dan kemudian resmi menjadi sekolah tinggi pada tahun 1920. School tot Opleiding voor Indische Aarts (STOVIA) di Surabaya, Rechts Hogeschool di Batavia (1924) serta Geneeskunde Hogeschool di Batavia (1927), Faculteit van Landbouw Wetenschapen en Wijsgebeerte di Buitenzorg (Bogor) pada tahun 1941 dan terakhir Faculteit van Letterkunde di Batavia (1941). Kesemuanya memiliki semacam perpustakaan fakultas. Ketika pemerintah Indonesia membentuk Universiteit Indonesia tahun 1950, kesemua sekolah tinggi dan faculteit itu berubah menjadi fakultas. Penyatuan itu yang menyebabkan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia dimulai dari perpustakaan fakultas baru menyatu menjadi perpustakaan universitas.
Pada zaman sebelum perang (1942) Indonesia mengenal perpustakaan sewa, disebut huurbibliothek. Pada awalnya openbare leeszalen dengan huurbibliotheek sering “bersaing” dalam memenuhi kebutuhan bacaan pemakainya, kemudian secara alamiah terjadi penjurusan yang berbeda. Bila openbare leeszalen lebih banyak menyediakan bacaan ilmiah dan ilmiah populer, maka huurbibliotheek cenderung menyediakan bacaan berupa roman dalam bahasa Belanda, Inggris dan Prancis serta buku untuk remaja.
Huurbibliotheek terdapat di Batavia, Soerabaia, Malang, Jogjakarta, Madioen dan Solo, dikelola oleh penerbit forma G. Kolff & Co. Toko buku Visser mendirikan huurbibliotheek di Bandoeng. Huurbibliotheek lainnya ialah Viribus Unitis di Batavia, C.G. van Wijhe di Soerabaia serta Leesbibliotheek Favoriet di Batavia. Lazimnya ketiga perpustakaan sewa yang disebut terakhir ini menyediakan bahan bacaan yang dibeli dari pedagang buku loakan serta berbagai roman kuno yang dibeli dari tangan kedua sehingga peranan mereka dalam persewaan buku tidaklah maknawi. Di samping persewaan buku, ada juga persewaan naskah di Batavia yang diselenggarakan oleh penulis Moehammad Bakir tahun 1897 yang mengelola sebuah perpustakaan sewa naskah di Pecenongan. Naskah disewakan bagi umum dengan imbalan sekitar 10 sen per malam disertai himbauan agar jangan terkena ludah sirih atau minyak lampu teplok! Perpustakaan serupa terdapat juga di Palembang dan Banjarmasin.
Masih ada perpustakaan lain, yaitu yang didirikan oleh kraton, misalnya perpustakaan Radyo Poestoko di Yogyakarta dan perpustakaan serupa di lingkungan Mangkunegaraan, Surakarta. Di pulau Penyengat sekitar akhir abad 18 diketahui adanya sebuah perpustakaan umum yang didirikan oleh penguasa setempat.
Pada zaman pendudukan Jepang tidak ada kegiatan kepustakawanan, karena Jepang mengerahkan semua tenaga untuk keperluan mesin perang. Pada awal kekuasaannya, Jepang melarang peredaran buku berbahasa Belanda, Inggris dan bahasa Eropa lainnya. Semua sekolah tinggi ditutup. Baru ketika Jepang mulai terdesak beberapa sekolah tinggi dibuka kembali, untuk keperluan Jepang. Akhirnya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia didirikan di Jakarta dan Rijksmuseum di Amsterdam sejak tahun 1995 telah memulai adanya kerjasama dalam pelestarian warisan budaya bangsa. Pada tahap pertama dikhususkan pada gambar-gambar yang dibuat oleh Johannes Rach (1720-1783). Koleksi yang dimiliki Perpustakaan Nasional RI sebanyak 202 buah gambar merupakan jumlah terbesar dari seluruh gambar Rach yang merekam peristiwa penting di Indonesia dan beberapa negara di Asia. Sebagai salah satu museum terbesar di negeri Belanda, Rijkmuseum juga memiliki gambar Johannes Rach yaitu sebanyak 40 buah gambar. Agar dapat didayagunakan oleh masyarakat luas kedua pihak telah menjajaki kemungkinan untuk mengumpulkan koleksi tersebut dan dipublikasikan dalam bentuk pameran maupun terbitan.

2.    Sejarah Perpustakaan Dunia
Perpustakaan merupakan simbol kemajuan peradaban umat manusia yang mulai memahami dan mengerti betapa pentingnya  penyimpanan berbagai  informasi dan ilmu pengetahuan   guna kepentingan umat manusia. Perpustakaan ada atau terbentuk secara tidak langsung ketika manusia mulai melakukan kegiatan penulisan atau penggambaran melalui benda – benda seperti batu, kayu, gua – gua sehinggga mampu terbaca atau terkomunikasikan dengan manusia lainnya.Perkembangan perpustakaan seiring dengan berkembangnya pola pikir manusia dan teknologi menjadikan perpustakaan tidak hanya sekedar sebagai ruang arsip atau penyimpanan akan tetapi lebih condong pada penyebaran informasi yang penekanannya pada ilmu pengetahuan. Besarnya kontribusi perpustakaan terhadap peradaban manusia menjadikan perpustakaan aset yang sangat penting bagi umat manusia dan bangsa – bangsa yang peduli terhadap sejarah dan ilmu pengetahuan. Sepatutnya kita mengetahui sejarah atau munculnya perpustakaan yang ada di dunia.
SUMERIA DAN BABYLONIA
Perpustakaan sedah dikenal sejak 3000 tahun yang lalu. Penggalian di bekas kerajaan Sumeria menunjukkan bahwa bangsa Sumeria sekitar 3000 tahun sebelum Masehi telah menyalin rekening, jadwal kegiatan, pengetahuan yang mereka peroleh dalam bentuk lempeng tanah liat(clay tablets). Tulisan yang dpergunakan masih berupa gambar (pictograph), kemudian ke aksara Sumeria. Kebudayaan Sumeria termasuk kepercayaan , praktek keagamaan, dan tulisan Sumeria, kemudian diserap oleh Babylonia yang menaklukkan Sumeria. Tulisan Sumeria kemudian diubah menjadi tulisan paku (cuneiform) karena mirip paku. Semasa pemerintahan raja Ashurbanipal dan Assyria (sekitar tahun 668-626 sebelum Masehi) didirikan Perpustakaan kerajaan di ibukota Niniveh, berisi puluhan ribu lempeng tanah liat yang dikumpulkan dari segala penjuru kerajaan. Untuk mencatat koleksi digunakan system subjek serta tanda pengenal pada tempat penyimpanan. Banyak dugaan bawa Perpustakaan ini terbuka bagi kawula kerajaan.
MESIR
Pada masa yang hampir bersamaan, peradaban Mesir Kuno pun berkembang. Teks tertulis paling awal yang ada di Perpustakaan Mesir berasal dari sekitar tahun 40000 SM, namun gaya tulisannya berbeda dengan tulisan sumeria. Orang Mesir menggunakan tulisan yang disebut hieroglyph. Tujuan heroglyph ialah memahatkan pesan terakhir di monumen karena tulisan dimaksudkan untuk mengagungkan raja sedangkan tulisan yang ada di tembok dan monument dimaksudkan untuk memberi kesan kepada dunia. perpustakaan Mesir bertamabah maju berkat penemuan penggunaan rumput papyrus sekitar tahun1200 SM. Untuk membuat lembar papyrus maka isi batang papyrus dipotong menjadi lembaran tipis, kemudian dibentangkan satu demi satu dan tumpuk demi tumpuk. Kedua lapisa kemudia dilekatkan dengan lem, ditekan, diratakan, dan dipukul sehingga permukaannya rata. Dengan demikian, permukaan lembaran papyrus dapat digunakan sebagai bahan tulis, sedangkan alat tulisnya berupa pena sapu dan tinta. Umumnya tulisan Hierolgyph hanya dipahami oleh pendeta karena itu papyrus banyak ditemukan di kuil-kuil brisi pengumuman resmi, tulisan keagamaan, filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Pengembangan perpustakaan Mesir terjadi semasa raja Khufu, Khafre, dan Ramses II sekitar tahun 1250 SM. Perpustakaan raja Ramses II memiliki sekitar 20.000 buku.
YUNANI
Peradaban Yunani mengenal tulisan Mycena sekitar tahun 1500 SM, kemudian tulisan tersebut lenyap. Sebagai penggantinya, orang Yunani menggunakan 22 aksara temuan orang Phonicia, kemudian dikembangkan 26 aksara seperti yang kita kenal dewasa ini. Yunani mulai mengenal Perpustakaan milik Peistratus (dari Athena) dan Polyerratus (dari Samos) sekitar abad ke-6 dan ke-7 SM. Perpustakaan berkembang pula semasa kejayaan Yunani dibawah pimpinan Pericles sekitar abad ke-5 SM. Pada saat itu, membaca merupakan pengisi waktu senggang serta merupakan awal dimulainya perdagangan buku. Filosof Aristoteles dianggap sebagai orang pertam kali yang mengumpulkan,menyimpan, dan memanfaatkan budaya masa lalu. Koleksi Aristotels kelak dibawa ke Roma .Perkembangan perpustakaan zaman kuno Yunani mencapai puncaknya semasa Abad Hellenisme, yang ditandai dengan penyebaran ajaran dan kebudayaan Yunani. Ini terjadi berkat penaklukan Alexander Agung beserta penggantinya, pembentukan kota baru Yunani. Dan pemngembangan pemerintahan Monarchi. Perpustakaan utam terletak di kota Alexandria, Msir, dan kota pergamum, di Asia Kecil. Di Kota Alexandria berdiarilah sebuah Museum, salah satu bagian utamnya ialah Perpustakaan dengan tujuan mengumpulkan teks Yunani dan manuskrip segala bahasa dari semua penjuru. Berkat usahan Demetrius dari Phalerum, perpustakaan Alexandria berkembang pesat sehingga memiliki 200.000 gulungan papyrus hingga natinya mencapai 700.000 gulungan pada abad pertama SM. Perpustakaan kedua disebut Serapeum, memiliki 42.800 gulungan terpilih, kelak berekembang hingga 100.000 gulungan. Semua gulungan papyrus ini disunting, disusun, menurut bentuknya, dan diberi catatan untuk disusun menjadi sebuah bibliografi sastra Yunani berjumlah 120 jilid.
Di Asia kecil kota Pergamum, seperti halnya Alexandria berkembang menjadi pusat belajar serta kegiatan sastra. Pada abad ke-2 SM, Eumenes II mendirikan sebuah Perpustakaan serta mulai mengumpulkan semua manuskrip, bahkan bila perlu membuat salinan manuskrip lain. Untuk menyalin ini digunakan sejumlah besar papyrus yang diimpor dari Mesir. Karena khawatir persediaan papyrus di Mesir akan habis serta rasa iri akan pesaingnya maka raja Mesir menghentikan ekspor papyrus ke Pergamum. Akibatnya, perpustakaan Pergamum harus mencari bahan tulis lain kecuali papyrus. Maka dikembangkanlah bahan tulis baru yang disebut perchamen artinya kulit binatang, terutama biri-biri atau anak lembu. Sebenarnya bahan tulis ini sudah lama dikenal Yunani, namun karena harganya lebih mahal dari papyrus maka papiruslah yang digunakan. Parchmen dikembangkan sehingga akhirnya menggantikan papyrus sebagai bahan tulis hingga penemuan mesin cetak pada abad menengah. Koleksi perpustakaan Pergamum mencapai 100.000 gulungan. Dalam perkembangannya, koleksi perpustakaan Pergamum nantinya diserahkkan ke Perpustakaan Alexandria sehingga Perpustakaan Alxandria menjadi Perpustakaan terbsar pada zamannya.
ROMA
Yunani mempengaruhi kehidupan budaya dan intelektual Roma. Ini terbukti bahwa banyak orang Roma mempelajari sastra, filsafat, dan ilmu pengetahuan Yunani, bahkan juga bertutur bahasa Yunani. Perpustakaan pribadi mulai tumbuh karena perwira tinggi banyak yang membawa rampasan perang termasuk buku. Julius Caesar bahkan memerintahkan agar Perpustakaan terbuka untuk umum. Perpustakaan kemudian tersebar ke seluruh bagian kerajaan Roma. Pada masa ini diganti dengan codec, yang merupakan kumpulan parchmen, diikat serta dijilid menjadi satu sperti buku yang kita kenaldewasa ini. Codex mulai digunakan secara besar-besaran abad ke-4. Perpustakaan mulai mengalami kemunduran tatkala kerajaan Roma mulai mundur. Akhirnya, yang tinggal hanyalah Perpustakaan biara, yang lainnya lenyap akibat serangan orang-orang barbar.
BYZANTIUM
Kaisar Konstantin Agung menjadi raja Kerajaan Roma barat dan Timur pada tahun 324. Ia memilih ibukota di Byzantium kemudian diubah menjadi Konstantinopel. Ia mendirikan Perpustakaan kerajaan serta menekankan karya Latin karena bahasa Latin merupakan bahasa resmi hingga adad ke-6. Koleksi ini nanti ditambah dengan karya orang Kristen dan non-Kristen, baik dalam bahasa Yunani maupun Latin. Koleksinya tercatat hingga 120.000 buku. Pada waktu itu gereja merupakan pranata kerajaan paling penting. Karena adanya ketentuan bahwa seorang uskup harus memiliki sebuah perpustakaan maka perpustakaan gereja berkembang. Kerajaan Byzantium kaya, berpenduduk padat, secara kultural, intelektual dan politiknya cukup matang yang diperkaya oleh ajaran Yunani dan Timur serta dipengaruhi tradisi Roma dalam pemerintahan. Kerajaan in bertahan hingga abad ke-15. Antara pertengahan abad ke tujuh hingga pertengahan abad ke-9 terjadi kontoversi mengenai ikonoklasme yaitu penggambaran Yesus dan orang kudus lainnya pada benda. Akibat larangan ini banyak biara ditutup, artanya disita. Akibatnya lagi, biarawan Yunani mengungsi ke Italia. Selam periode ini, hiasan manuskrip dengan menggunkan huruf rias, gulungan maupun miniatur tidak disgunakan dalam karya keagamaan maupun Bibel. Setelah kontroversi berakhir, minat terhadap karya Yunani kuno berkembang lagi. Selama 300 tahun karya Yunani disalin, ditulis kembali, diberi komentar, dibuatkan ringkasan sastra Yunani bahkan juga dikembangkan ensiklopedia dan leksikon mengenai Yunani.
ARAB
Agama Islam  muncul pada abad ke-7. Islam kemudian mulai menyebar ke daerah sekitar Arab. Dengan cepat pasukan Isam menguasai Syria, Babylonia, Mesopotamia, Persia, Mesir, seluruh bagian utara Afrika, serta menyeberang ke Spanyol. Orang Arab berhasil dalam bidang Perpustakaan dan berjasa besar dalam penyebaran ilmu pengetahuan dan matematika ke Eropa.
Dalam Abad ke-8 dan ke-9, tatkala Konstantinopel mengalami kemandegan dalam hal karya sekuler maka Bagdad berkembang sebagai pusat kajian karya Yunani. Ilmuwan Muslim mulai memahami pikiran Aristoteles. Ilmuwan Muslim mengkaji dan menerjemahkan karya filsafat, pengetahuan dan kedokteran Yunani ke dalam bahasa Arab; kadang-kadang dari versi bahasa Syriac ataupun Aramaic. Puncak kejayaan terjemahan ni terjadi semas pemerintahan Abbasid Al-Mamun, yang menidrikan rumah kebijakan pada tahun 810, sebuah lembaga studi yang menggabungkan unsure perpustakaan, akademi, dan biro terjemahan. Selam abad ke-8, ilmu alam, matematika, dan kedokteran benar-benar dipelajari, karya Plato, Aristoteles, Hippocrates, dan Galen diterjamahkan ke dalam bahasa Arab, termasuk pula penelitian asli dalam bidang astrologi, alkhemi, dan magis. Dalam penaklukan ke timur, orang Arab berhasil mengetahui cara pembuatan kertas dari orang Cina; pada abad ke-8 di Bagdad telah berdiri pabrik kertas. Teknik pembuatan kertas selama hamper lima adab dikuasai orang Arab. Karena harganya murah, banyak, serta mudah ditulis maka produksi buku melonjak dan Perpustakaan pun berkembang. Tercatat perpustakaan mesjid dan lembaga pedidikan. Perpustakaan kota Shiraz memiliki catalog, disusun menurut tempat serta dikelola oleh staf perpustakaan. Pada abad ke-11, Perpustakaan Kairo memiliki sekitar 150.000 buku.Di Spanyol, orang Arab mendirikan Perpustakaan Cordoba yang memiliki 400.000 buku. Di Perpustakaan Cordoba, Toledo, dan Seville karya klasik diterjemahkan ke bahasa Arab dari bahasa Syriac. Ketika Spanyol direbut tentara Kristen, ribuan karya klasik ini diketemukan, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin kemudian disebar ke seluruh Eropa.
RENAISSANCE
Renaissance mula pada abad ke-14 di Eropa Barat. Secara tidak langsung.Renaissance tumbuh akibat pengungsian ilmuwan Byzantine dari Konstantinope. Mereka lari karena ancaman pasukan Ottoman dari Turki. Sambil mengungsi, ilmuwan ini membawa juga manuskrip penulis kuno. Ilmuwan Italia menyambut kedatangan ilmuwan Byzantine ini serta mendorong pengembangan kajian Yunani dan Latin. Karya ini kemudian tersebar ke Eropa Utara dan Barat, sebagian diantarnya disimpan di Perpustakaan biara maupun universitas yang mulai tumbuh.
Manusia memang tidak bisa lepas dari sejarah dan masa lalu, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan peduli terhadap sejarah sebagai upaya untuk kemajuan bangsa dan negaranya dan menunjukkan identitas diri.  Anggapan perpustakaan hanya sekedar simbol sebagai kemajuan ilmu pengetahuan memang ada benarnya, namun pemanfaatan perpustakaan secara maksimal akan   menjadikan perpustakaan   tidak hanya sekedar simbol saja namun memiliki peran utama dalam kemajuan bangsa dan negara dalam bidang  ilmu pengetahuan.

Diberdayakan oleh Blogger.